Manusia Sunyi
pagi ini aku kurang rapi,
matakupun ingin masuk ke dunia mimpi,
hujan semakin lebat dan sepi
sama halnya dengan hidupku yang semakin suram dan sunyi
aku menyukai semut yang bergerombolan di tanah yang basah,
mereka kedinginan dan mungkin juga kelaparan,
sebab belum sempat sarapan karena hujan yang deras menyapa,
meskipun begitu aku tetap iri pada mereka,
dengan keadaan yang menyedihkan mereka terlihat sorak bahagia,
aku memang tak mendengar gelak tawa mereka,
namun jiwaku merasa mereka terlihat bahagia,
bukan kah nenek moyang mereka pernah membuat nabi sulaiman dan pasukannya berhenti sejenak,
itu kisah yang di ceritakan ibu bapak sejak aku balita, mungkin juga di sekolah oleh guru agama,
sedangkan aku manusia yang beribu kali lipat lebih besar dari semut,
lebih kuat dan istimewa dari mahluk yang terlihat sangat halus,
berada di bawah atap yang kokoh, hangat, tak kelaparan dan haus,
memiliki segala hal yang aku perlu,
dengan begitu seharusnya aku menjadi manusia yang selalu tersenyum,
namun pada kenyataannya jiwaku sangat melarat,
pikiran ku buntu dan tak bernyawa,
aku bagai manusia yang bersembunyi pada fisik yang kuat,
seogok rasa mampu membuat jiwaku mati dan tak bersayap,
kemana segala gelak tawa itu menghilang,
apa mereka bosan menemani hidupku yang penuh kebohongan,
atau mereka juga kesepian hingga mencari tempat yang lebih nyaman,
atau karena aku menelantarkan mereka hingga mereka pergi ke pengungsian,
aku rindu mereka sekaligus benci,
karena seenaknya mereka pergi tanpa permisi,
meninggalkan fisik ku yang kuat dengan jiwa yang sakit,
memandang semut dibawah hujan dengan pikiran yang sepi,
sebab segala hal indah yang ku ingin telah pergi dan aku mati.
@Kamia_Poni